SHARE

Foto: Antara

Ancelotti sendiri tahu pasti apa yang dia bisa harapkan dari pemainnya. Tapi dia juga tahu koneksi tradisi juara dengan tekad kuat pemainnya dalam memenangkan pertandingan.

17 kali mencapai final, dan 14 kali memenanginnya membuktikan tidak saja skuad dan pelatih yang hebat yang diperlukan untuk memenangkan turnamen seperti Liga Champions. Karena itu juga membutuhkan tradisi dan mentalitas juara yang belum dipunyai Man City dan PSG yang sudah mengeluarkan dana luar biasa besar untuk membentuk tim yang bisa menjuarai Liga Champions.

Madrid menunjukkan sukses tak saja soal uang, pelatih yang kreatif, pemain yang cemerlang, tetapi juga mentalitas juara yang tak lekang oleh waktu dan tak pupus oleh keluar masuknya pelatih-pelatih beragam pendekatan.

Di sisi lain, Ancelotti juga bisa menjadi referensi dalam bagaimana sebaiknya memasang strategi ketika menghadapi tim-tim yang tak henti menyerang dan menekan seperti Liverpool.

Tapi bukan dengan cara menumpuk pemain di belakang, melainkan dengan meredam kekuatan mereka, mencari celah kelemahannya, dan tak lupa mengenali dengan baik timnya sendiri.

Ketika semua itu didapatkan, maka tinggal dimuntahkan kembali menjadi tekanan balik yang membuat lawan takluk, sekecil apa pun tekanan itu, dan sesingkat apa pun waktu dibutuhkan untuk membuat tekanan balik itu.

Ancelotti dan Madrid menawarkan perspektif lain bagaimana sepakbola didekati, tanpa tak terlalu khawatir dikritik karena memainkan sepakbola yang tidak seatraktif Liverpool, Manchester City atau Barcelona.

Lagi pula, bersama pemain-pemain seperti Benzema, Vinicius Junior, Valverde, dan Courtois, sebuah tim serangan balik tetap menarik untuk disaksikan dan bisa membuat kompetisi makin dramatis nan menghibur. (ANT)

Halaman :