SHARE

Satgas Prokes membagikan masker kepada warga yang mengantre untuk masuk menyaksikan pertandingan cabang olahraga futsal PON XX Papua di Gor SP 2, Kabupaten Mimika (istimewa)

Satgas Penanganan COVID-19 Pusat juga ikut mengingatkan semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan PON Papua untuk memberikan perhatian lebih terhadap pencegahan penularan virus corona, utamanya memastikan prokes benar-benar diterapkan dengan sangat ketat.

Secara keseluruhan ada sekitar 12 ribu hingga 15 ribu atlet, ofisial dan seluruh pendukungnya yang datang ke Papua untuk kegiatan PON. Sudah pasti tidak mudah bagi tuan rumah penyelenggara meng-handle ribuan orang itu.

Untuk menerapkan protokol kesehatan yang superketat seperti pelaksanaan Olimpiade 2020 Tokyo jelas sangat tidak mungkin. Selain sarana dan prasarana, biaya yang harus disiapkan sangat besar. Belum lagi sumber daya manusianya.

Saat Olimpiade Tokyo, seluruh anggota kontingen, tamu undangan dan juga jurnalis yang hendak menuju Jepang wajib menjalani karantina selama sepekan di negara asal, dengan setiap hari melakukan tes PCR yang hasilnya dilaporkan kepada panitia.

Ketika masuk Jepang melalui bandara Tokyo, mereka lagi-lagi harus menjalani tes PCR. Setelah itu wajib karantina selama tiga hari bagi yang hasil PCR-nya negatif dan isolasi lebih lama untuk yang dinyatakan positif.

Pemeriksaan PCR juga dilakukan secara berkala terhadap seluruh atlet, ofisial, petugas pendukung kontingen, dan juga jurnalis selama Olimpiade berlangsung. Mereka juga diawasi dan dilarang keluar dari area yang telah ditentukan panitia olimpiade.

Dengan protokol kesehatan yang begitu ketat saja, Olimpiade Tokyo masih kecolongan dengan temuan beberapa kasus COVID-19. Bagaimana hal yang sama tidak terjadi dengan perhelatan PON XX Papua yang prokesnya jauh lebih longgar.

Meskipun atlet dan ofisial secara berkala diwajibkan menjalani tes antigen, namun sebagian besar dari mereka tidak tinggal dalam satu kawasan khusus yang menghindarkan dari kontak fisik dengan orang lain.

Bahkan, dari pengamatan penulis di sejumlah arena pertandingan, penerapan protokol kesehatan terbilang longgar. Tidak ada pemeriksaan sertifikat vaksin bagi penonton, apalagi tes antigen sebelum masuk area tribun. Tidak sedikit pula warga atau suporter yang tidak bermasker.

Penerapan protokol kesehatan sedikit ketat hanya terjadi ketika upacara pembukaan PON yang dihadiri Presiden Jokowi dan para pejabat tinggi negara. Jurnalis peliput pun tak luput harus menjalani tes antigen sebelum mendapat izin liputan.

Menpora Zainudin Amali yang selama pelaksanaan PON XX berkantor di Papua menyatakan segera memanggil Panitia Pengawasan dan Pengarah (Panwasrah) bersama PB PON untuk membahas masalah temuan kasus corona ini.

"Saya akan kumpulkan Panwasrah dan PB PON, beserta segenap elemen yang terlibat, berusaha meminimalisasi risiko transmisi COVID-19 melalui berbagai strategi, di antaranya penegakan protokol kesehatan (prokes) ketat," katanya.

PON Papua sebenarnya telah menjalankan prokes mulai dari masuk ke Bumi Cenderawasih. Setiap yang masuk ke provinsi paling timur Indonesia ini wajib melakukan tes PCR dengan hasil negatif COVID-19.

Hanya saja, virus corona belum sepenuhnya hilang, tetap menyebar dan dibuktikan dengan penemuan atlet, ofisial maupun panpel yang terkena virus asal China itu.

"Ayo kita bersama-sama mengecek asal virus ini, karena sebelum datang ke Papua semua kontingen sudah tes PCR," kata Menpora seraya menegaskan pertandingan PON tetap berjalan dengan prokes lebih diperketat.

Halaman :