SHARE

Citra Kusuma Dewi

CARAPANDANG.COM - Tahun 2020 bisa diibaratkan tahun penuh kepanikan, kecemasan, dan ketakutan bagi seluruh penduduk dunia. Bagaimana tidak, hampir di seluruh belahan di dunia terkena dampak dari munculnya virus baru yang dikenal dengan virus corona. Virus yang pertama ditemukan di kota Wuhan, China.

Virus itulah yang membuat kita harus berdiam diri di rumah, membatasi segala aktivitas, mengikuti protokol kesehatan, menjaga jarak, dan selalu memperhatikan kebersihan diri dan sekitar. Salah satu program negara yang terhalang oleh pandemi Covid-19 ini adalah pendidikan. Proses pembelajaran di sekolah dan kampus menjadi terhambat karena adanya pandemi ini. 

Semua kegiatan harus dibatasi. Metode pembelajaran kini tak sama lagi. Biasanya bertemu dan berkumpul untuk berdiskusi, sekarang hanya bisa adu mulut dengan diri sendiri. Tatap muka apalagi, sekali pun ada, kita tetap harus berhati-hati. Semua persiapan dan rundown acara yang sudah tertata rapi, akhirnya dibatalkan karena adanya pendemi. 

Peristiwa ini menjadi tantangan besar bagi negara untuk mencari jalan keluar agar program pendidikan Indonesia tetap berjalan dengan baik. Pemerintah akhirnya membuat kebijakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar jarak jauh yaitu via daring (dalam jaringan).

Pada tanggal 24 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Sejak diterbitkan surat tersebut, ribuan sekolah ditutup demi mempersempit penyebaran virus corona.

Di balik hiruk pikuk globalisasi di kota-kota besar yang menyuguhkan kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mengakses internet, ternyata pemerintah juga harus memikirkan nasib para peserta didik yang berada di pelosok negeri. Pasalnya tak semua peserta didik memiliki media dan jaringan internet yang memadai.

Mereka ada yang harus mencari pinjaman terlebih dahulu media perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran seperti laptop/pc atau gadget dan mencari jaringan internet yang bagus agar bisa mengikuti pembelajaran. Bahkan ada yang menumpang di rumah tetangga, hingga ada pula yang harus memanjat pohon dulu agar bisa mendapatkan sinyal. Belum lagi harus membeli kuota internet yang harga nya cukup menguras dompet, karena yang penulis amati penyebaran subsidi kuota pendidikan belum merata seluruhnya.

Mengenai pembelajaran daring ini, penulis pun juga merasakan kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi. Mulai dari menjaga agar jaringan internet tetap stabil, mengontrol perangkat yang digunakan agar tetap terhubung dengan internet, belum lagi jika perangkat yang digunakan tiba-tiba mati dan ada pemadaman listrik yang mendadak. Penulis menilai proses pembelajaran daring ini tidaklah efektif. Sebab mau bagaimanapun juga tatap muka secara langsung adalah cara paling nyaman untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru/dosen.

Sisi baik dari pandemi Covid-19 dalam konteks pendidikan memberikan peluang kepada setiap individu khususnya peserta didik dan pengajar untuk bisa memahami kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 ini. Mau tidak mau semua orang dituntut agar bisa menggunakan dan mengetahui cara mengakses setiap bahan materi yang akan digunakan.

Seperti yang kita tahu, kemajuan berbagai macam teknologi ini sangat memudahkan kita dalam menjangkau segala aktivitas sosial. Sebagai contoh, kita tak perlu repot mondar-mandir kesana kemari untuk mencari tahu keberadaan sesorang, cukup dengan mengirim pesan pribadi melalui aplikasi jejaring sosial dan menunggu jawaban darinya, kita sudah bisa mendapatkan informasi tanpa harus menguras tenaga.

Begitu juga dengan pembelajaran daring ini, kita tidak perlu terburu-buru datang ke sekolah atau kampus agar tidak terlambat masuk kelas. Cukup dengan bersiap diri dan duduk manis di depan layar, login di virtual class, lalu memperhatikan penjelasan materi yang diberikan.

Hal ini memberi peluang bagi siswa/mahasiswa bahkan juga guru/dosen yang ingin mengembangkan potensi diri sembari mengisi waktu selama pandemi. Seperti  bisnis online contohnya, yang bisa disambi setelah proses pembelajaran daring selesai. Dengan catatan tidak sampai terlena dengan kewajiban menuntut dan mengajar karena sibuk dengan bisnis online yang dijalani.

Kemudahan mengakses dan kemajuan teknologi juga membuka peluang bisnis bagi bimbingan belajar di luar sekolah atau kampus. Bagaimana tidak, di masa-masa seperti ini menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk meraup keuntungan lebih. Hanya membutuhkan kekreatifan untuk mengolah  dan menciptakan cara atau trik cepat  memahami suatu materi pelajaran akan menarik minat peserta didik untuk berlangganan dengan bimbel online tersebut.

Selain itu, pembelajaran daring ini telah berkontribusi kepada negara dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan untuk membantu pemerintah menghambat penyebaran virus corona yang merebak ke seluruh wilayah Indonesia. Terlebih lagi bagi orang tua yang over protective terhadap anak-anaknya, khawatir jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Mengingat sangat berbahaya dan mematikannya virus corona ini. [**]

**Oleh : Citra Kusuma Dewi
Penulis merupakan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)


Tags
SHARE