SHARE

Ilustrasi (Net)

CARAPANDANG- Oleh : Hendra Apriyadi, Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak  

Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, pendidikan juga mengalami transformasi yang signifikan. Salah satu aspek penting dalam era digital ini adalah literasi digital, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dan bertanggung jawab. Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka, pengembangan literasi digital menjadi hal yang sangat relevan dan mendesak. Sebagai seorang Fasilitator Pendidikan dan Guru Penggerak, saya dengan penuh semangat mendukung upaya para calon guru penggerak untuk menjalankan Inovasi melalui Gerakan Guru berLiterasi. Dalam kerangka ini, saya memperjuangkan konsep di mana para Calon Guru Penggerak (CGP) didorong untuk berbagi praktik baik melalui penulisan artikel terkait pengembangan Literasi digital.

Saya percaya bahwa kolaborasi dan pertukaran pengalaman antar guru adalah kunci untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan mengarahkan para CGP untuk menulis artikel tentang pengembangan Literasi digital yang telah mereka terapkan di sekolah masing-masing, kita memberikan kesempatan bagi mereka untuk membagikan keberhasilan, tantangan, dan pembelajaran yang didapat selama proses implementasi.

Melalui Gerakan Guru berLiterasi, kita tidak hanya mendorong inovasi dalam pembelajaran, tetapi juga membangun komunitas yang kuat di antara para guru. Artikel-artikel yang dihasilkan oleh para CGP dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi rekan-rekan guru lainnya yang ingin meningkatkan literasi digital di lingkungan sekolah mereka.

Dengan memberikan platform bagi para CGP untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka, kita membuka pintu bagi terciptanya lingkungan belajar yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Saya yakin bahwa melalui upaya bersama ini, kita dapat menciptakan generasi guru yang lebih terampil dan terdidik dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Mari  terus mendukung Gerakan Guru berliterasi dan memberikan apresiasi yang besar kepada para CGP yang telah berkomitmen untuk berinovasi demi kemajuan pendidikan di tanah air. Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan pendidikan yang lebih cerah dan berdaya saing.

Berdasarkan uji PISA kemampuan literasi anak-anak Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal tersebut menjadi salah satu indikator dari rendahnya masa depan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Peringkat skor PISA Indonesia tahun 2022 mengalamai peningkatan jika dibandingkan dengan hasil uji PISA tahun 2018, tetapi skornya turun dan tetap di bawah skor rata-rata negara OECD (1). Hasil uji PISA 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023 menunjukkan 75 persen siswa tidak paham bacaan. Hal ini semakin mempertegas krisis kualitas pendidikan di Indonesia yang  sudah lama digaungkan, salah Bank Dunia, bahwa lama bersekolah siswa Indonesia yang rata-rata 12,4 tahun hanya setara dengan 7,8 tahun pembelajaran (2).

Meskipun penting, pendekatan asesmen literasi membaca yang digunakan dalam PISA sering kali didasarkan pada norma-norma dan kerangka pemikiran pedagogi yang tidak selalu mencerminkan keragaman budaya, bahasa, dan konteks sosial di mana siswa belajar. Etnopedagogi adalah pendekatan yang mempertimbangkan konteks budaya, sosial, dan bahasa siswa dalam proses pembelajaran dan asesmen. Oleh karena itu, pengembangan asesmen literasi membaca Standar PISA yang berbasis etnopedagogi menjadi suatu kebutuhan mendesak.

Mengapa Literasi Digital Penting dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Literasi digital bukan hanya tentang bagaimana menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras secara teknis, tetapi juga tentang bagaimana memahami informasi yang ditemukan secara daring, mengevaluasi keandalan sumber, dan berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat digital. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, literasi digital membuka pintu untuk eksplorasi bahasa melalui berbagai platform digital, meningkatkan kreativitas siswa dalam mengekspresikan diri, serta memfasilitasi keterlibatan dalam diskusi dan kolaborasi online.

Model Pengembangan Literasi Digital

Pengembangan literasi digital dimulai dengan integrasi teknologi digital dalam kurikulum Bahasa Indonesia. Guru perlu merancang pembelajaran yang memanfaatkan berbagai aplikasi, platform, dan sumber daya digital untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Misalnya, penggunaan platform blogging untuk menulis esai, aplikasi podcast untuk merekam pidato, atau media sosial untuk berdiskusi tentang karya sastra.

Guru merupakan ujung tombak dalam pengembangan literasi digital. Oleh karena itu, pelatihan yang terus-menerus tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi kunci. Guru perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengintegrasikan alat-alat digital dengan baik dalam pembelajaran, serta mendidik siswa tentang etika dan keamanan dalam menggunakan teknologi.

Kolaborasi antara siswa dalam lingkungan digital dapat memperkuat literasi digital para murid. Melalui proyek bersama atau diskusi online, siswa dapat belajar satu sama lain tentang cara-cara berkomunikasi secara efektif, membagikan sumber daya, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Pengembangan literasi digital juga mencakup kemampuan siswa untuk mengevaluasi informasi yang mereka temukan secara daring. Guru perlu mengajarkan keterampilan analisis dan evaluasi yang kritis, termasuk identifikasi sumber yang dapat dipercaya, memahami kepentingan dan sudut pandang yang mungkin terkandung dalam teks, serta mengenali informasi yang tidak akurat atau bias.

Manfaat Literasi Digital dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pengembangan literasi digital dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka memberikan manfaat yang signifikan, yaitu dapat Meningkatkan keterampilan komunikasi siswa melalui berbagai media digital, Mendorong kreativitas siswa dalam ekspresi bahasa dan sastra melalui teknologi. Memperluas akses siswa terhadap berbagai sumber daya dan materi pembelajaran. Membantu siswa membangun keterampilan kritis untuk mengevaluasi informasi daring.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan capaian kinerja yang mendukung optimalisasi program Prioritas Nasional. Lalu, proporsi peserta didik yang memiliki nilai di atas batas minimum dalam asesmen kompetensi minimum untuk literasi dan numerasi juga mengalami peningkatan. Seiring dengan peningkatan indeks kemahiran berbahasa Indonesia.

“Dalam mendukung tercapainya Prioritas Nasional, Kemendikbudristek menjaga komitmen untuk pelaksanaan anggaran yang akuntabel dan berkualitas. Dengan menerapkan model pengembangan literasi digital yang holistik dan terintegrasi, pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka dapat menjadi lebih dinamis, inklusif, dan relevan dengan tuntutan zaman. Hal ini akan membantu menciptakan generasi yang terampil dalam menggunakan teknologi digital untuk kepentingan pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan.Â