SHARE

Indra Sjafri (Ditpsmp)

CARAPANDANG.COM – Sosok Indra Sjafri dikenal sebagai seorang yang gemar melakukan blusukan untuk mencari bibit talenta andal sepak bola Indonesia. Tangan dingin Indra Sjafri terbukti sukses membawa timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF 2013. Capaian monumental dari tim asuhan Indra Sjafri tentu saja saat mengalahkan Korea Selatan 3-2 pada babak kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (12/10/2013).

Passion dari Indra Sjafri untuk membina pemain usia muda tetap membara. Ia kini menjadi brand ambassador Gala Siswa Indonesia SMP. Menurutnya Gala Siswa Indonesia SMP merupakan cara untuk mencari potensi talenta muda Indonesia.

“Inilah yang membuat saya semangat untuk bergabung menjadi brand ambassador GSI SMP 2018. Karena kompetisi ini benar-benar mencari bakat dan potensi siswa dari tingkat bawah.  Sehingga potensi yang tersembunyi dari anak-anak kita mendapatkan tempat melalui GSI,” kata Indra Sjafri di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (5/3/2018)

“Dari kompetisi ini kita bisa melihat potensi anak dari tingkat kecamatan. Siapa yang terbaik di tingkat kecamatan akan bertanding di tingkat kabupaten. Siapa yang terbaik di tingkat kabupaten akan berlanjut ke tingkat provinsi. Dan selanjutnya akan bertanding di tingkat nasional. Bagi saya ini luar biasa. Kebetulan passion saya di situ,” imbuh Indra Sjafri.

Bentangan luasnya Indonesia menurut Indra Sjafri dengan blusukan yang dilakukan tim pelatih, tak sekadar untuk mencari pemain, tapi juga untuk memberi perhatian pada talenta muda sepak bola Indonesia.

“Pengalaman saya yang paling terasa bahwa tidak adanya informasi dari pelosok-pelosok tentang bagaimana sih menjadi pemain tim nasional itu. Tidak ada wadah kompetisinya. Orang melihat pun tak ada. Itu yang saya rasakan. Begitu saya datang, mereka merasa diperhatikan,” ungkap Indra Sjafri menceritakan pengalamannya berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia.

“Kan banyak orang bilang kenapa harus ke Atambua cari pemain, kan nggak mungkin ada di situ. Untuk mereka itu sebenarnya bukan masalah terpilih, tidak terpilih, tapi bagaimana dia diperhatikan, diberikan kesempatan sebagai anak bangsa Indonesia juga. Bukan masalah terpilih, tidak terpilih. Saya datang ke Atambua memang tidak ada yang terpilih. Tapi minimal sudah bisa membangkitkan semangatnya mereka. Dan mereka sudah merasa sebagai bagian dari Indonesia ini,” jelas sosok berusia 55 tahun ini seperti dilansir situs ditpsmp.