SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM – Tak perlu panik jika melihat orang yang tiba-tiba tak sadarkan diri akibat henti jantung, karena orang awam pun bisa memberikan pertolongan, kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Universitas Indonesia, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K).

Dalam webinar "Selamatkan Nyawa dengan Teknik Resusitasi yang Tepat", Sabtu, dr. Radityo mengatakan bahwa semua orang dapat melakukan Bantuan Hidup Jantung Dasar (BHJD) sebagai tindakan penyelamatan nyawa setelah terjadi henti jantung.

"Kematian akibat penyakit jantung penyebab utamanya adalah henti jantung mendadak. Ternyata, henti jantung ini kalau ditolong dalam rentang waktu lima menit, keberhasilannya bisa baik," kata dr. Radityo.

BHJD merupakan gabungan dari pengamatan dan tindakan yang tidak terputus. Komponen yang harus dikuasai dalam melakukan oleh penolong adalah menilai keadaan pasien, kompresi dada yang baik, penggunaan alat defibrilasi otomatis (AED), dan penilaian pergerakan dada serta pemberian bantuan nafas yang baik.

Adapun tahapan BHJD secara umum adalah memastikan lingkungan sekitar aman, mengecek respon pasien, mengaktifkan sistem emergensi, chest compression (kompresi dada), airway (jalan nafas), dan breathing (pernafasan).

"Sebelum menolong, pastikan lingkungannya aman untuk melakukan resusitasi. Misalnya, kalau pasien di tengah jalan ya ke pinggirkan dulu, atau kalau dia kesetrum ya sumber listriknya dimatikan dulu," jelas dr. Radityo.

"Lalu kenapa harus kompresi dada sebelum airway? Karena pada henti jantung, tekanan rata-rata oksigen dalam arteri umumnya masih baik, sehingga pemberian oksigen pada henti jantung tidak terlalu penting," lanjutnya.

Namun di masa pandemi ini, dr. Radityo mengingatkan bahwa dalam BHJD, penolong hanya dapat melakukan tahap kompresi dada dan tidak boleh melakukan airway dan breathing sebagai upaya pencegahan penularan virus COVID-19.

Halaman :