SHARE

Putri dengan perban di matanya (istimewa)

CARAPANDANG.COM – Seorang anak asal Tanjungpinang, Putri Aisyah menderita tumor mata ganas yang harus segera ditangani. Pasalnya, sang anak baru berumur 2,5 tahun dan sering merasakan sakit pada mata kirinya.

Anak dari pasangan Sukateman alias Doni dan Andreani tersebut telah dirujuk dari RSUD Tanjungpinang ke RSCM Kirana, Jakarta. Hingga hari ke 8 di Jakarta, putri belum mendapat penanganan serius dari dokter bahkan terancam menunggu hingga Juni 2021 untuk menjalani operasi.

Jika mengikuti prosedur proses operasi baru bisa dilaksanakan tiga bulan ke depan karena harus menunggu giliran.

Pendamping Keluarga, Epet saat dihubungi mengatakan sejak seminggu lalu sampai di Jakarta hingga saat ini Putri belum mendapat penanganan serius dari dokter padahal kondisi matanya saat ini terlihat makin memburuk.

Menurut Epet, tisak semua orang akan mampu melihat mata Putri. Orang tua pun sudah sangat tidak tega melihat anak sekecil itu merasakan kesakitan dan matanya semakin membengkak.

Kata Epet, berdasarkan prosedur di RSCM Kirana, Putri terlebih dahulu harus ada computerized tomography (ct) scan, di kemo kemudian operasi.

"Itu baru bisa dioperasi bulan Juni 2021,"kata Epet, Selasa (6/4/2021).

Epet mengatakan, hari ini putri mendapat jadwal untuk konsultasi dengan dokter ia akan meminta agar Putri segera ditangani sebab menunggu hingga Juni 2021 menurutnya sangat lama karena kondisi sangat memprihatinkan.

"Sistemnya gitu, pasien di RSCM Kirana ini begitu ramai dan kita pakai BPJS Kesehatan penanganannya lama," sebutnya. 

Setelah mendapat arahan dari dokter usai konsultasi, Epet berencana mencari tempat ct scan di rumah sakit lain di Jakarta agar Putri segera bisa di kemo dan operasi di RSCM Kirana. 

Epet menyebutkan usai pertemuan pertama dengan dokter,  Putri hanya diberi obat berjenis salap untu mata yang dioles dan dikenakan perban. Setiap dua hari perban dan salep harus diganti.

"Saat mengganti perban Putri nampaknya kesakitan,  kondisinya semakin tidak memungkinkan terlebih jika harus menunggu lama," ungkapnya. 

Sebagai orang tua ia mengaku sangat sedih dan tidak tega melihat balita itu harus menanggung kesakitan itu lebih lama,  butuh tindakan cepat agar penyakitnya bisa disembuhkan.

"Kalau nunggu sampai Juni takutnya makin memburuk," kata Epet lagi. 

Epet mengaku sudah melaporkan kondisi itu kepada wali kota Tanjungpinang, namun keluarganya diminta untuk bersabar karena sudah menjadi prosedur rumah sakit dan pasien yang ditangani RSCM Kirana juga banyak. 

"Saya bilang ke Ibu Rahma melalui WA (Whatsapp) kondisi itu saya sudah tahu.  Maksudnya kita mau minta bantu wali kota jika ada kenalan di RSCM Kirana, operasi Putri bisa lebih cepat," ungkapnya.

Saat ini Epet berharap kepada Pemko Tanjungpinang ataupun pihak lain yang bisa membantu agar operasi Putri bisa dipercepat. Jika tidak kunjung ada solusi dari pemerintah, pihaknya tidak akan pulang ke Tanjungpinang malah berencana akan berobat secara mandiri.

"Jika tidak ada solusi, kemungkinan besar kami akan tempuh jalur mandiri," tegasnya. 

Ia mengatakan kepada Pemko Tanjungpinang agar total dalam memberikan bantuan, serius dalam membantu. Sebab baik keluarga ataupun pendamping keluarga tidak begitu tahu kondisi Jakarta.

"Kalau bisa membantu itu jangan separo-separo, saya tidak tahu Jakarta ini,  saya tidak ada kenalan juga di RSCM Kirana," bebernya. 

Saat ini untuk tinggal di Jakarta saat ini harus menyewa kamar seharga Rp 1,4 juta per bulan karena rumah singgah yang tersedia sudah penuh. Biaya tersebut ditanggung pribadi. 

"Tidak ada yang murah,  ini kita tanggung sendiri," terangnya. 

Tags
SHARE