SHARE

Yensiana

CARAPANDANG.COM - Baru-baru ini, Sintang digemparkan dengan isu terkait Covid-19 dengan kenaikan yang sangat signifikan. Isu tersebut diproduksi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan beredar di jagat maya akibat dari reses yang dilakukan oleh Ketua Komisi V DPR-RI Lasarus.

Dari beberapa akun Facebook yang getol memproduksi isu miring dan sengaja menakut-nakuti psikologi masyarakat tersebut, diantaranya akun FB Amak Rimak yang merupakan pendukung pasangan calon bupati nomor 2 di Sintang. 

Disinformasi Covid-19 Menciptakan Ketakutan

Pandemi Covid-19 adalah masalah bersama. Setiap kita tidak menginginkan virus tersebut menggerogoti tubuh kita. Akan tetapi Covid-19 juga tidak bisa melumpuhkan nalar pikir kita sebagai manusia yang terus berjuang dalam hidup. Kita harus mampu keluar dari ketakutan yang mungkin diakibatkan oleh informasi yang tidak valid. 

Sebuah jajak pendapat pelacakan kesehatan Yayasan Kaiser Keluarga yang diambil pada akhir Maret menemukan bahwa 45% responden merasa bahwa kekhawatiran dan stres yang berkaitan dengan virus corona telah memiliki efek negatif pada kesehatan mental mereka. Serta 19% mengatakan memiliki dampak lebih besar.

Selain itu, mengutip New York Post, Jumat (24/04)  psikiater dan staf pengajar Yale yang berbasis di New York, mengatakan ketakutan dan kecemasan sama menularnya dengan virus  Covid-19. "Ketakutan dan kecemasan sama menularnya dengan virus. Pada setiap pasien, Anda harus menyelesaikannya trauma ini dan kemudian kita harus menemukan jalan keluarnya," kata psikiater Dr. Anna Yusim kepada Fox News. 

Dari pernyataan Dr. Anna tersebut, masyarakat dunia harus mampu keluar dari ketakutan untuk menciptakan optimisme global agar mampu menghadapi pandemi Covid-19. Sama halnya masyarakat Sintang yang hari ini terpapar isu Covid-19 dengan kenaikan kasus yang membludak. Isu ini dihembus ke publik agar menggiring opini masyarakat ke arah ketakutan jelang laga Pilkada 2020.

Konteks isu Covid-19  di Sintang hari ini didominasi oleh disinformasi yang menebar ketakutan publik. Alih-alih ingin menjatuhkan lawan politik, isu yang dihembus tanpa disaring terlebih dahulu dan disebar secara massif di sosial media.  Hal ini menciptakan ketakutan- masyarakat saling curiga dan saling tuduh. Kegaduhan akibat ketakutan dari Covid-19 ini harus dihentikan oleh seluruh elemen masyarakat Sintang.

Waspada Politisasi Isu Hoax Covid-19 Jelang Pilkada 2020

Baru-baru ini, lembaga kesehatan dunia atau  WHO menegaskan kepada para pemimpin dunia untuk keluar dari ketakutan terhadap Covid-19 dan berjuang bersama-sama menuju peradaban yang baru. Dr David Nabarro dari WHO yang menyerukan para pemimpin dunia untuk berhenti  menggunakan penguncian sebagai metode pengendalian utama negara dan ekonomi dari virus corona.

Dia mengklaim bahwa satu-satunya yang dicapai dari penguncian ini adalah kemiskinan --- tanpa menyebutkan potensi nyawa yang diselamatkan. "Penguncian hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh Anda remehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi semakin miskin," kata Dr Nabarro seperti dikutip news.com.au, Senin (12/10).

Pernyataan Dr Nabarro merupakan jalan baru bagi kebangkitan ekonomi global. Kemunculan pandemi corona telah mengakibatkan ekonomi dunia lesuh, yang kemudian menciptakan kemiskinan baru dalam negara. 

Begitu juga dengan Indonesia. Awal kemunculan pandemi ini membuat warga negara saling curiga hingga menghentikan segala aktivitas sosial bermasyarakat. Segala aktivitas sosial, ekonomi , politik dan budaya lumpuh total. Dampak yang paling terasa tahun ini adalah Gawai Dayak yang terpaksa ditiadakan.  Kemudian jelang Pilkada 2020, isu Covid-19 menjadi komoditas politik. Percaturan politik menceraiberaikan akal sehat publik. Sumber data dan informasi yang akurat diabaikan, yang  dipertontonkan adalah kebencian, ketakutan dan disinformasi. 

Para tim sukses kehabisan akal untuk merawat demokrasi yang sehat. Kita kehilangan roh demokrasi dan cara berpolitik yang humanis. Politik harusnya mencapai cita-cita bersama untuk kebaikan bersama. Sebagaimana dikatakan Aristoteles, bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama  (bonum commune). 

Tapi Pilkada Sintang kali ini tampak gelap. Para tim sukses tidak mampu mengedepankan persatuan dan kebersamaan. Saling serang, mencari kesalahan dan menyerang tanpa data. Tak hanya itu, ajang perang gagasan yang membangun Sintang ke arah yang lebih baik pun tampak suram, bahkan tidak tampak.  Harusnya, Pilkada Sintang kali ini adalah ruang kolaborasi ide dan gagasan, memberi kritikan yang membangun, narasi-narasi pembangunan dan kekuatan intelektualitas yang harus menjadi senjata utama. Karena roh politik adalah roh pembangunan, membaca situasi batin masyarakat dengan tulus untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama. 

Tapi lagi-lagi senjata bagi para relawan dan tim sukses adalah mencari kesalahan. Bukan memamerkan program pembangunan dan visi-misi yang brilian. Rakyat perlu diberi pendidikan politik, bukan membodohi masyarakat dengan cara-cara yang tidak mendidik. Seperti isu Covid-19 yang digiring oleh para pendukung paslon tertentu dengan menyerang secara membabi buta tanpa data yang akurat.

Membaca Fakta Kasus Covid-19 di Sintang

Isu Covid-19 saat ini di Sintang menjadi bukti bahwa kasus Covid-19 telah dipolitisasi secara berlebihan. Beredar angka siluman kasus covid-19 di Sintang per tanggal 11 hingga 16 Oktober 2020 adalah sebanyak 62 kasus. Kasus ini menurut dugaan dari tim salah satu paslon di akun FB Amak Rimak adalah bersumber dari reses Ketua Komisi V DPR RI Lasarus yang digelar di Aula Wisata Rohani Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, pada 10 Oktober 2020.

Selanjutnya, Lasarus yang adalah putra daerah asli Dayak dituding sebagai penyebar Covid-19, yang dimana dalam link berita media online Independensi.com pada Jumat (17/10) menuding Lasarus sebagai orang yang menciptakan kejahatan kemanusiaan. Selain Independensi.com, beredar juga berita dengan isi yang sama dimuat oleh media Sindonews.com 

Pernyataan tersebut diungkap oleh praktisi hukum Pontianak Tobias Ranggie. “Karena patut diduga hasil swab test Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, 11 – 16 Oktober 2020, paling tidak sudah ada 62 orang patut diduga positif Covid-19, setelah menghadiri reses Lasarus di Desa Merpak, Sabtu, 10 Oktober 2020,” kata Tobias Ranggie, Sabtu (17/10).  Sementara merujuk pada data Dinkes Sintang, kasus Covid-19 di Sintang sudah ada sebelum reses yang digelar di Kelam. 
Berikut data-datanya yang dilansir dari akun instagram @dinkes_sintang. 

Tanggal 12 Oktober terkonfirmasi 137 penambahan 2 kasus dari sebelumnya per tanggal 10 Oktober terdapat 135 kasus. Tanggal 13 Oktober penambahan 11 kasus menjadi 148 kasus. Tanggal 14 Oktober penambahan 16 kasus menjadi 164 kasus. Tanggal 15 Oktober penambahan 6 kasus menjadi 170 kasus. Tanggal 16 penambahan 9 kasus menjadi 179 kasus dan tanggal 17 Oktober tidak ada penambahan kasus baru.

Dengan demikian, hitungan penambahan kasus Covid-19 dari tanggal 12 hingga 17 Oktober adalah 44 kasus. Selain itu, klaster kasus tidak disebutkan oleh Dinkes Sintang. Sedangkan Tobias Ranggie dan lawan politik Yohanes Rumpak –Syarifuddin menyebut angka kasus Covid-19 yang bersumber dari reses di Kelam adalah sebanyak 62 kasus per tanggal 11-16 sedangkan data dari Dinkes Sintang tidak menyebutkan adanya penambahan kasus di tanggal 11 Oktober. 

Angka yang melonjak Signifikan (62 kasus) ini adalah merupakan angka siluman yang dibuat untuk menciptakan ketakutan, keributan,kecurigaan antar sesama warga jelang laga Pilkada Sintang. Tentu publik bisa menilai, mengapa fitnah dan hoax gencar difokuskan pada reses di Kelam.  Jawabannya adalah tim sukses yang berbeda pandangan politik tidak mampu melahirkan kreatifitas dan gagasan baru untuk memenangkan hati rakyat. Alhasil fitnah dan hoax sebagai senjata untuk mengelabui persepsi publik.

Hal yang menggerogoti persepsi publik ini harus diputuskan, agar nurani dan batin masyarakat kembali bersatu, kembali melihat Sintang secara moral kolektif menuju masa depan Sintang yang cerah. Mari, sebagai sesama putra dan putri Sintang, kita tidak boleh terpecah hanya karena perbedaan pandangan politik. Jagalah perdamaian, eratkan persatuan dan kesatuan, pupuk persaudaraan. Saatnya membangun solidaritas karena solidaritas membawa kita kepada yang satu dan utuh. [**]

Oleh: Yensiana
Penulis merupakan Tim Jaringan Milenial Nusantara


Tags
SHARE