SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Harga emas menguat pada awal perdagangan hari ini, setelah kejatuhan nyaris 1% pada akhir perdagangan pekan kemarin karena data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat.

Pada perdagangan Jumat (2/2/2024) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,79% di posisi US$ 2038,59 per troy ons. Penurunan ini mematahkan trend penguatan empat hari beruntun pada sepekan kemarin.

Sementara, hingga pukul 06.30 WIB Senin (5/2/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,13% di posisi US$ 2041,29 per troy ons.

Harga emas tergelincir pada perdagangan Jumat karena dolar dan imbal hasil melonjak setelah laporan Non-Farm Payrolls AS yang kuat menciptakan ketidakpastian mengenai apakah The Federal Reserve akan segera mulai memangkas suku bunga.

Indeks dolar melesat 0,85% di level 103,92 pada perdagangan Jumat (2/2/2024) membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Begitu juga dengan imbal hasil obligasi acuan AS 10 tahun melonjak tajam 4,35% di level 4,03%.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim pengangguran awal meningkat menjadi 224.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 27 Januari. Laporan terpisah menunjukkan bahwa produktivitas pekerja AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat.

AS juga melaporkan bahwa tingkat pengangguran AS, yang tidak disesuaikan secara musiman, pada  Desember 2023 adalah 3,5% atau 0,8 poin persentase di bawah tingkat sektor transportasi. Dengan penyesuaian musiman, tingkat pengangguran AS pada Desember 2023 adalah 3,7%.

Sementara itu, diketahui Non-Farm Payrolls AS meningkat sebesar 216.000 pada bulan Desember 2023.

Pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000. Perekonomian yang tangguh dan produktivitas pekerja yang kuat mendorong dunia usaha untuk merekrut dan mempertahankan lebih banyak karyawan, sebuah tren yang dapat melindungi perekonomian dari resesi tahun ini.

Data tenaga kerja yang masih panas ini membuat pasar semakin pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga.

Dengan penurunan kurang dari 1% sejak data tersebut dirilis.

"Harga emas seperti hewan teritip, sangat lekat bertahan meskipun ada guncangan dari laporan ketenagakerjaan yang sangat besar," ujar Tai Wong, analis  independen yang berbasis di New York, kepada Reuters.

"Tetapi kita mungkin perlu menunggu sebentar dan melihat apakah harga emas turun jauh lebih rendah," tambah Wong.

Menurut CME Fed Watch Tool, para pedagang kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga AS sebesar 70% pada bulan Mei 2024, dibandingkan dengan 92% sebelum data dirilis.

Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu mengatakan The Fed belum berpikir untuk memangkas suku bunga pada Maret 2024 tetapi menyuarakan keyakinan bahwa inflasi akan kembali ke target 2%.

"Jika suku bunga (bunga) ini tetap di tempatnya dan ada ketidakjelasan mengenai hal tersebut, kemungkinan besar kita akan melihat lingkungan yang agak kelu bagi kenaikan emas," ujar ahli strategi pasar WGC Joseph Cavatoni, dilansir dari Reuters.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE