SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM- Setelah kaget mendengar pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang, sebagian orang juga menyampaikan rasa takut, cemas, deg-degan bila menggunakan moda transportasi udara ini.Terlebih bagi mereka yang sudah memiliki tiket terbang dalam beberapa hari ke depan.

Rasa takut naik pesawat usai mendengar kabar pesawat Sriwijaya Air SJ-182 diceritakan beberapa warganet di Twitter.

Seperti @gryfindoor, "Berita kecelakaan sriwijaya bikin takut klo naik pesawat :( ."

"Tambah takut aja naik pesawat :(," cuit @rjkrasivy.

Rasa takut naik pesawat, terutama bagi yang sering atau dalam waktu dekat akan menggunakan moda transportasi ini memang wajar terjadi. Mengapa begitu? Psikolog yang fokus pada fobia, Ian Shulman, menjelaskan alasannya.

"Jika Anda mendengar kabar pesawat jatuh baru-baru ini dan Anda akan naik pesawat dalam beberapa hari mendatang, otak akan berpikir bahwa, 'Oh, jika itu terjadi pada mereka, berarti bisa juga terjadi pada saya'," kata Ian.

"Pemikiran tersebut memperkuat kesan bahwa hal itu akan terjadi terus," lanjut Ian meskipun faktanya pesawat terbang merupakan moda transportasi paling aman dibandingkan yang lain. Seperti pada 2017 tidak terjadi kecelakaan maskapai penerbangan penumpang fatal di seluruh dunia.

Rasa takut dan cemas naik pesawat terbang terkait dengan perasaan hilang kendali. Lalu, bagi sebagian orang ada rasa tidak nyaman karena 'terperangkap' dalam suatu benda yang meluncur di udara tanpa ada cara melarikan diri dari dalam tersebut jelasnya.

Ini berbeda bila naik kendaraan darat yang secara statistik lebih berbahaya daripada pesawat terbang. Saat naik mobil atau bus, penumpang tahu bahwa dapat membuka jendela atau bisa keluar lewat pintu saat berhenti.

"Sementara, saat terbang kita tidak punya kesempatan yang sama seperti itu. Hal itu membuat munculnya perasaan tidak memiliki kendali. Saya pikir itu adalah elemen terbesar dari ketakutan naik pesawat terbang," kata Ian seperti mengutip laman CTV News.

Namun, bila kembali melihat data statistik bahwa kecelakaan pesawat terbang jarang terjadi. Maka, ketakutan sebenarnya ada di pikiran Anda, katanya.

Mengutip laman Klikdokter, data statistik menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang dapat meninggal akibat kecelakaan pesawat adalah 1 berbanding 29,4 juta. Jika kecelakaan pesawat tak terhindarkan, kemungkinan seseorang untuk selamat hanya 24 persen.

Jadi, memang benar ada risiko kecelakaan saat naik pesawat. Namun, hanya sedikit.

Maka dari itu, kata Ian, cara untuk mengatasi rasa takut dan cemas naik pesawat terbang adalah dengan memperhatikan cara pikir Anda.Alangkah baiknya tidak menyamakan persepsi bahwa bila satu pesawat alami kecelakaan, maka pesawat lain tidak beres. Jauhkan dari pemikiran seperti itu, kata Ian, dan sadari bahwa 'Karena kita berpikri sesuatu mungkin terjadi, bukan berarti hal itu benar-benar terjadi pada diri kita'.

Di beberapa negara ada program memberikan bantuan kepada orang yang takut ataupun fobia naik pesawat terbang. Seperti di Kanada, Ian memiliki program Afraid to Fly.

Dalam program itu seseorang menjalani kursus dua hari untuk membantu peserta memahami ketakutan, membahas strategi mengatasi rasa takut naik pesawat terbang. Termasuk mengundang pilot pesawat komersial menjawaba aneka pertanyaan. Di hari kedua, peserta diajak naik pesawat kecil untuk mempraktikkan keterampilan koping yang diperoleh sehari sebelumnya.

Tags
SHARE